Selasa, 07 Februari 2012

Sabtu, 07 Januari 2012

Five Stages of Grief-Elizabeth Kubler-Ross


1. Denial/Pengingkaran

Pengingkaran adalah sebuah bentuk penolakan untuk menerima fakta, informasi, realitas, dll secara sadar ataupun tidak sadar, yang berhubungan dengan sebuah situasi. Ini adalah bentuk mekanisme pertahanan diri alami. Beberapa orang bisa terkurung dalam tahapan ini saat menghadapai perubahan traumatis yang memang tidak terelakkan.

2. Anger/Kemarahan

Kemarahan bisa mewujud dalam cara-cara yang berbeda-beda. Cara orang menghadapi kekesalan secara emosional bisa berupa marah terhadap diri sendiri dan/atau terhadap orang lain, khususnya pada orang yang dekat kepada dirinya. Memahami tahapan ini bisa membantu diri kita untuk memisahkan dan tidak menghakimi saat mengalami kemarahan.

3. Bargaining/Tawar-menawar

Biasanya, tahapan bargaining (tawar-menawar) saat orang menghadapi rasa duka bisa mencakup usaha untuk tawar-menawar dengan Tuhannya. Orang yang menghadapi trauma yang lebih ringan bisa tawar menawar atau bernegosiasi untuk mencari kompromi. Contoh: "apakah kita masih bisa berteman?" saat meghadapi putus cinta.

Ingat, tawar-menawar jarang bisa menghasilkan solusi yang berkelanjutan.


4. Depression/Depresi

Tahap ini juga dianggap sebagai masa persiapan menuju "penerimaan". Dalam satu cara, ini adalah bentuk latihan yang dijalani untuk menerima kenyataan. Satu bentuk "penerimaan" dengan emosi yang masih sangat terlibat. Bahwa memang natural untuk merasakan kesedihan dan penyesalan, ketakutan, ketidakpastian, dll. Ini menunjukkan bahwa si pelaku setidaknya mulai menerima kenyataan.


5. Acceptance/Penerimaan

Pada umumnya, tahapan ini adalah indikasi bahwa si pelaku sudah bisa memisahkan emosinya dan memandang kejadian secara objektif. Pertahankan tahapan ini, dan si pelaku akan bisa meneruskan hidupnya dengan lebih ringan.


Model ini mungkin adalah sebuah cara untuk menjelaskan mengenai bagaimana dan mengapa "waktu akan menyembuhkan luka", atau bahwa "kehidupan terus berjalan". Dan bersamaan dengan setiap aspek emosi yang kita miliki, saat kita mengetahui lebih jauh tentang tahapan apa yang sedang terjadi, maka menjalaninya akan menjadi lebih mudah.


"Grief cycle" tidak dimaksudkan sebagai tahapan-tahapan yang seragam. Urutannya bisa berbeda-beda, jangka waktu yang dialami masing-masing pelaku saat mengalami tiap tahap juga tidak sama. Model ini lebih merupakan sebuah panduan bagi pelaku untuk menjalani kedukaan yang mereka alami.

Grief cycle model ini bisa menjadi perspektif yang berguna untuk memahami reaksi emosional saat menghadapi trauma atau perubahan, dengan sebab-sebab yang yang sulit kita terima.


Extracted from: http://www.businessballs.com/elisabeth_kubler_ross_five_stages_of_grief.htm